Asosiasi Guru Penulis Lembata

Hadiah Buku Pendidikan Matematika Realistik yang diberikan oleh Arie Wibowo, M.Pd guru matematika asal Kalimantas Selatan dalam momen Olimpiade Guru Nasional Tahun 2018 di Hotel D'Max, Praya, Lombok, Nusa Tenggara Barat tanggal 4 - 8 Mei 2018

Perwakilan NTT

Lima perwakilan NTT dalam ajang olimpiade guru nasional tahun 2018 yang terdiri dari guru mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan guru kelas SD bersama para petinggi Kesharlindung Dikdas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Busana Daerah Papua

Bersama perwakilan guru asal Papua dalam ajang olimpiade guru nasional tahun 2018 saat malam penutupan, yang diwarnai dengan kekaragaman busana daerah masing-masing

Display Inovasi Pembelajaran

Menyanggahi pertanyaan para juri pada tahapan display dalam ajang Inovasi Pembelajaran tahun 2017 di Hotel Mercure Harvestland, Kuta, Bali, tanggal 4 - 8 September 2017

Wisata ke Pandawa

Diberikan kesempatan oleh panitia inobel untuk wisata bersama kelompok MIPA. Ini adalah salah satu destinasi wisata di Bali yang saya senangi

Selasa, 30 Juni 2015

Benarkah Sekolah Gratis?

 

Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi putera-puterinya. Oleh karena itu, berbagai usaha pun dilakukan demi mencapai keinginan tersebut. Begitu juga masalah pendidikan anak yang telah diatur dalam undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) pasal 31 ayat 1 dan 3 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”

Dengan alokasi dana 20% dari APBN untuk pendidikan, maka keinginan orangtua yang kurang mampu membiayai pendidikan anak-anaknya akan terwujud melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM). Kini, semua anak miskin punya peluang mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas, bahkan dapat melanjutkannya hingga strata 1 (S1), strata 2 (S2), dan strata 3 (S3) melalui jalur beasiswa bidikmisi.

Walaupun telah banyak bantuan pendidikan, namun tidak semua orangtua mengetahuinya terutama orangtua yang berada di daerah pedalaman, dan terisolir dari berbagai akses. Karena keterbatasan pengetahuan dan akses yang dimiliki, maka tidak jarang banyak oknum yang memanfaatkan kesempatan tersebut dengan berdalih sekolah gratis. Tak disangka, banyak anak pun terjebak dalam lingkaran itu, terutama para siswa/i yang barusan lulus sekolah menengah pertama (SMP) di berbagai pelosok daerah kabupaten Lembata.

Seperti yang dialami Mawar (bukan nama asli), seorang remaja putri (27) asal Lembata yang tak mau disebutkan nama aslinya, yang kini berdominsili disalah satu kota di Jawa Timur. Ia menuturkan, jika Ia terpaksa harus bekerja pada sebuah restoran demi mendapatkan ijazah yang hingga kini masih ditahan oleh yayasan tempat Ia didatangkan awal dari Lembata. Menurut pengakuannya, Ia tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya harus mengalami nasib seperti ini. Sebab berdasarkan penjelasan pihak yayasan saat promosi ke SMP asalnya, Ia dan teman-temannya, serta orangtua mereka masing-masing, hanya mengetahui bahwa program sekolah gratis ini akan ditempuh dalam waktu 4 tahun.

Kenyataannya berbeda dengan apa yang dijelaskan dan yang mereka ketahui. Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa, sejak awal hingga akhir saat menempuh pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Ia dan 29 teman lainnya asal Lembata, dan daratan Flores, harus bekerja merawat para jompo dan juga anak penyandang disabilitas (anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama). Hal ini sangat bertentangan dengan undang-undang Republik Indonesia (UURI) nomor 35 tahun 2014, perubahan atas UURI nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Karena merasa seperti tertipu, dan tidak betah dengan pekerjan keseharian mereka, ada beberapa teman-temannya yang terpaksa melarikan diri dan melanjutkan pendidikan di SMA lain (bukan di Jawa Timur). Hanya tertinggal 3 orang diantara mereka (sekampung dengan Mawar) yang mampu bertahan hingga tamat pada tahun 2010 lalu, dari salah satu SMA swasta yang adalah milik yayasan tersebut. Sayangnya setelah tamat bukannya memperoleh ijazah, malah harus bekerja dalam yayasan tersebut untuk menebus semua biaya pendidikan yang selama ini dikeluarkan oleh pihak yayasan.

Mereka digaji sebesar enam ratus ribu rupiah untuk merawat para jompo dan anak penyandang disabilitas, seperti yang mereka lakukan sehari-hari waktu menempuh pendidikan SMA. Hanya saja dalam pelayanannya berbeda, karena harus bekerja sehari penuh dibanding waktu masih menempuh pendidikan yang berkisar 3-4 jam perhari. Dari enam ratus ribu rupiah dipotong sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah, untuk menggantikan biaya pendidikan (SPP) yang selama ini ditanggung yayasan, yang jumlahnya juga sama dengan potongan gaji setiap bulannya.

Hal ini menjadi kendala ketika mereka ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sebab jika dihitung mereka harus bekerja lagi selama 4 tahun untuk mengembalikan uang yayasan tersebut. Menurut Mawar, Ia terpaksa bekerja demi mendapatkan ijzahnya, karena kedua orangtuanya  tidak memiliki uang sebanyak dua belas juta rupiah untuk menggantikan uang yayasan seperti yang dilakukan oleh orangtua dari kedua temannya. Ia berharap dapat melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi, setelah melunasi utang dan memperoleh ijazahnya nanti.

Selain ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, Mawar juga menghimbau kepada semua orangtua terutama yang jauh di pedalaman NTT pada umumnya dan Lembata khususnya, agar lebih berhati-hati dalam memilih sekolah untuk pureta-puterinya. Sehingga kelak tidak mengalami hal serupa, seperti yang telah dialami Mawar dan teman-temannya, sebab semua anak miskin sekarang punya peluang yang sama untuk mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Jumat, 12 Juni 2015

Penyelesaian Masalah Integral


Artikelnya dapat diunduh dengan cara, klik pada tautan berikut ini solved problems integral. Semoga bermanfaat

Selasa, 09 Juni 2015

Seleksi masuk PTN melalui SBMPTN


Masuk Perguruan Tinggi Negeri, merupakan impian kebanyakan siswa lulusan SMA/MA/K. Namun sayangnya, banyak juga yang gagal dalam seleksi SNPTN, SBMPTN, dan sejenisnya, hingga akhirnya memilih perguruan tinggi swasta. Tetapi ada juga yang terus mencoba hingga sukses.

Banyak calon mahasiswa baru, pagi tadi telah mengikuti seleksi SBMPTN yang diselenggarakan di beberapa perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Tentunya semua mereka berharap, agar dapat lolos dalam seleksi kali ini.

Tetapi sayangnya, masa peralihan untuk menjadi calon mahasiswa baru, maupun setelah menjadi mahasiswa baru sering menjadi kendala utama. Hal ini sering dikeluhkan para dosen yang mengasuh mata kuliah dasar pada awal semester. Padahal banyak dari mereka yang terpaksa harus membayar guru les, ataupun ikut bimbingan belajar, demi kematangan masuk PT.

Soal-soal yang ditemukan dalam SBMPTN, maupun SNPTM, seringkali dianggap mereka sebagai sesuatu hal yang benar-benar asing. Padahal jika dicermati dengan baik, soal-soal tersebut tidak keluar dari konsep yang telah dipelajari di tingkat SMA/MA/MK.

Berikut ini beberapa jenis soal matematika yang telah diujikan pagi tadi, dan dikhawatirkan oleh para guru jika soal-soal tersebut tidak dapat diselesaikan oleh kebanyakan calon mahasiswa baru, khususnya di wilayah timur Indonesia. Namun sebelumnya, mohon dikoreksi. Bila ada kejanggalan, masukan dan sarannya sangat diharapkan. Semoga dapat bermanfaat, dan menghilangkan rasa kekhawatiran itu. Untuk mengunduhnya, klik tautan berikut soal dan pembahasan sbmptn tahun 2015

Minggu, 07 Juni 2015

Refleksiku menjelang 1 tahun kepergian putraku tercinta "Petrus Pana Lengari"


Dua ribu empat belas merupakan tahun yang penuh suka dan duka dalam kehidupan keluargaku. Mengawali tahun dua ribu empat belas, kami kembali berkumpul bersama untuk merayakan Natal dan Tahun baru. Liburan selama dua minggu aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengobati rasa rinduku pada istri, dan ibunda tercinta terutama bagi kedua buah hatiku, Piter, dan Asnat. Namun disela-sela kebahagian itu, masih ada rasa yang terselubung. Aku membayangkan betapa pedihnya perasaanku ketika kembali meninggalkan keluarga, terutama kedua buah hati karena menjalani tugas belajar. Padahal tinggal sebulan lagi, tepatnya 02-02-2014 merupakan hari ulang tahun ke-4, putra sulungku.

Ternyata perasaan tersebut tidak hanya dirasakan olehku. Benar saja ketika aku menyampaikan jadwal kepulangan pada keluargaku, wajah putraku langsung berubah. Tidak terduga pikiran ini dapat muncul pada pribadi seorang anak yang baru berusia 4 tahun. Sentak ia langsung menjawab "ah.....bapak tidak sayang saya (sesuai dialek orang Lembata)". Saya hanya bisa menjawab "bapak harus kembali untuk melanjutkan sekolah, jika tidak maka bagaimana bapak mengembalikan uang negara?". Mungkin, kata-kata itu belum dipahami dengan benar bagi putraku. Sehingga ia kembali bertanya "berati saya ulang tahun, tidak ada bapak?". Ya, jawabku.

Tidaklah heran ketika saatnya aku pamit pada istri tepatnya pkl.23.00 Wita, keduanya tersadar dari tidur dan  langsung menangis. Ada ucapan putraku yang masih terngiang di telingaku "bapa jangan pulang ka". Sementara putriku yang baru berusia 1 tahun 6 bulan, disela tangisannya hanya terdengar kata "bapa". Berangkatnya aku pada malam itu, seolah-olah meninggalkan kesan pada anak-anakku, jika kami tidak lagi bersama dan hanya dapat berkumpul pada saat-saat tertentu.

Akhirnya aku pun tiba di tempat tujuan setelah dua hari menempuh perjalanan. Aku langsung bergegas menelpon, dan terdengar suara putraku langsung menyambar "halo bapa" terus diam. Kebetulan putraku selalu menjaga handphone ibunya karena menunggu janji dariku, untuk menelpon ketika sudah tiba di tempat tujuan. Mendengar suaranya aku pun membalas "halo sayang" tapi heran, tak ada lagi suara darinya. Tiba-tiba terdengar suara ibunya "tan'ni ei" yang artinya sudah menangis.

Hanya sekilas, tetapi ternyata sangat mendalam bagi putraku, walaupun masih diusia yang belia. Kembali aku sibuk beraktifitas, sehingga hanya sesekali menelpon keluarga. Tak terasa hari ulang tahun putra ku pun tiba. Malam itu aku menelepon, tapi ketika diangkat putraku, hanya terdengar "halo papa" dan diam. Seperti biasa ia menangis, dan tak mau melanjutkan obrolan kami. Ia ternyata menagih janjiku, untuk menghadiahkan mainan pesawat. Itulah pengalaman pertama ulang tahun putraku tanpa kehadiranku.

Hari-hari pun berlalu, dan kejadian yang sama ketika setiap kali aku menelepon. Malah untuk mengajak putra ku mengobrol pun sudah sulit, sebab yang ia inginkan hanyalah aku kembali. Ia merasa kesepian, karena tidak ada lagi dongeng sebelum tidur, jalan-jalan dengan sepeda motor sebelum tidur siang dan belajar bersama sebelum nonton film kartun bersama. Itulah beberapa hal yang selalu rutin dilakukan. Karena gemar belajar, tak heran ia sudah bisa merangkai huruf menjadi kata dan membacanya pun sudah lumayan baik untuk anak yang seumurannya.

Pupus harapanku. Tepatnya tanggal 07-06-2014 malam, ada kabar dari istriku kalau Piter panas tinggi dan harus dilarikan ke rumah sakit sekitar pkl.01.00 wita. Setelah melalui perawatan para medis selama 4 hari di Rumah Sakit Umum Daerah Lembata, Piter dinyatakan sembuh oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang.

Namun Tuhan berkehendak lain. Dini hari tanggal 12-06-2014, Piter tersentak kejang dan tak lagi dapat tertolong. Ia koma, dan langsung dilarikan ke ruang ICU, disaat saya dan salah satu anggota keluarga yang turut menemaninya di rumah sakit sedang ngobrol, via telepon mengenai perkembangan penyakitnya. Saat sedang asyiknya ngobrol, tiba-tiba terdengar teriakan Piter, Piter, Piter, ....

Tersentak seperti seluruh aliran darah dalam tubuhku terhenti. Hatiku seperti teriris sembilu, ketika mendengar suara dari istriku, "siap dan kembali saat ini juga, sebab Piter ....". Air mataku berderai, mengingat semua yang telah kami lalui bersama. Untunglah ada teman sekontrakan yang setia menghibur dan menyiapkan segala yang perlu untuk kepulanganku. Setelah semuanya beres, akupun bergegas untuk kembali diiringi doa dari teman-teman seangkatanku.

Setibanya Jumad 13-06-2014, pkl.10.00 wita saya langsung disambut dengan segala tangisan terselubung dari keluarga. Benar saja setelah beristirahat beberapa menit, saya diperkenankan dokter untuk membesuk. Ketika membuka pintu ruang ICU, aku sudah dapat merasakan getir itu, seolah-olah melilit tenggorokan ini. Tak ada kata, hampa, benar-benar hampa. Karena penasaran melihat seluruh peralatan yang digunakan medis untuk membantu pernapasan, dan detak jantung Piter, sayapun memohon pada team medis untuk melepaskannya. Benar saja, hanya jantung anakku yang berfungsi.

Aku tetap diam dan berharap Tuhan mau mendengarkan jeritan hatiku. Hari-hariku pun terasa seperti dalam jurang yang tak ada jalan keluarnya. Akhirnya pada minggu 15-06-2014 pkl.08.00 wita, jantung Piter benar-benar berhenti berdenyut. Hanya air mata yang terus berguguran membasahi pipiku, yang sesekali kuusap. Pupus harapanku, usailah sudah ....

Setelah semuanya berakhir, akupun kembali melanjutkan aktifitas seperti biasanya. Tak terasa setahun sudah kami berpisah. Ada hal yang tak terduga kembali hadir dalam hari-hari hidupku, dimana akan ada ujian lagi ujian berat yang harus saya hadapi di tanggal yang bersamaan. Hari itu sedangku nanti, dengan penuh harap. Senin,15-06-2015, pkl.09.30 wib, semoga semuanya berjalan lancar.

Doa kami

Tuhan, Engkau telah menghadirkan dia untuk kami, pelihara dan didik sesuai dengan kehendakmu, namun kini ia telah Engkau panggil menghadap hadiratmu di usianya yang baru menginjak 4 tahun 4 bulan 14 hari. Namun kami yakin dan percaya, Engkau telah melakukan terbaik untuk dia.

Oleh sebab itu ya Tuhan, kami mohon tuntunlah dia melalui Bunda Maria untuk selalu setiap saat, tak henti2nya mendoakan kami sekeluarga dan semua orang yg pernah ia kenal dan ia cintai. Tuhan kuatkanlah kami dalam cobaan berat ini..... amin

Senin, 01 Juni 2015

Kisah guru inspiratif terpopuler


Pada suatu waktu, terdapat seorang guru yang bijak. Banyak murid yang datang dari tempat jauh, untuk mendengarkan petuah bijaknya. Pada suatu hari, seperti biasa, para murid berkumpul untuk mendengarkan pelajaran dari sang guru.

Banyak murid mulai datang memenuhi ruang pengajaran. Mereka datang dan duduk dengan tenang dan rapi, memandang ke depan, siap untuk mendengar apa yang dikatakan oleh  sang guru.

Akhirnya sang guru pun datang, lalu duduk di depan para murid-muridnya. Sang guru membawa sebuah toples besar, disampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman tangan. Tanpa bicara sepatah kata pun, Sang guru mengambil batu-batu tersebut satu persatu, lalu memasukkannya hati-hati ke dalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah penuh dengan batu hitam tadi, sang Guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tanpa berkata apa-apa, sang guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke dalam toples itu.Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga jatuh di sela-sela batu hitam besar tadi. Setelah semua kerikil masuk kedalam toples, sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Masih tanpa berkata apa-apa lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu memasukkannya ke dalam toples. Dengan mudah pasir-pasir tersebut pun masuk memenuhi sela-sela kerikil merah dan batu hitam. Setelah masuk semua, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Sekarang para murid tak terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat bahwa pasir tersebut jelas memenuhi sela-sela kerikil di dalam toples, membuatnya terlihat sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,

"Ya guru," jawab beberapa murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu menuangkannya dengan ahti-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah mencapai bibir toples, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini kebanyakan murid memilih diam, namun ada dua hingga tiga yang memberanikan diri menjawab,
"Ya guru," jawab sedikit murid tersebut, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus. Ditaburkannya sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garam pun larut, lalu ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut habis larut dalam air. Kini sang guru menghadap kepada par amurid, dan sekali lagi bertanya, "Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini semua murid benar-bnar diam. Hingga akhirnya seorang murid yang berani menjawab, "Ya guru, toples itu sekarang sudah penuh".

Sang guru menjawab, "Ya benar, toples ini sekarang sudah penuh".
Sang guru kemudian melanjutkan perkatannya,

"Sebuah cerita selalu memiliki banyak makna, dan setiap dari kalian telah memahami banyak hal dari demonstrasi ini. Diskusikan dengan tenang sesama kalian, apa hikmah yang kalian punya. Berapa banyak hikmah berbeda yang dapat kalian temukan dan kalian ambil darinya."

Para murd pun memandang sang guru, dan ke arah toples yang kini berisi dengan berbagai warna, ada hitam, ada merah, ada pasir, air, dan garam. Lalu dengan tenang mereka mendiskusikan dengan murid lainnya. Setelah beberapa menit kemudian sang guru mengangkat tangannya, seluruh ruangan pun diam. Sang guru lalu berkata,
"Selalu ingatlah bahwa tak pernah ada hanya satu interpretasi dari segalanya. Kalian telah mengambil semua hikmah dan pesan dari cerita, dan setiap hikmah, sama pentingnya dengan yang lain.

Lalu tanpa berkata-kata lagi, sang guru pun bangkit dan meninggalkan ruangan.

Kisah guru inspiratif diatas diterjemahkan dari
http://www.rogerdarlington.me.uk/stories.html